
Jakarta, CNBC Indonesia – Harga obligasi pemerintah kompak ditutup melemah dalam perdagangan akhir pekan Jumat (11/9/2020), di tengah kabar Pembatasan Baik Berskala Besar (PSBB) total yang akan direvisi.
Semua Surat Berharga Negeri (SBN) cenderung dilepas investor keadaan ini. Tercatat, semua SBN merasai kenaikan imbal hasil ( yield ). Kenaikan yield tertinggi terekam di SBN dengan tenor 1 tahun yang naik 10, 1 basis poin ke level 3, 89%.
Sementara itu, kenaikan yield terendah berlaku pada SBN berjatuh tempo 30 tahun sebesar 2, 6 basis poin ke 7, 498%. Yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara mengalami kenaikan 7, 3 basis poin ke level 6, 974%.
Yield berlawanan pedoman dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan makna obligasi yang turun. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis pokok setara dengan 1/100 dari 1%. Kabar adanya revisi penerapan PSBB total yang sepatutnya diberlakukan pada Senin (14/9/2020) pekan depan ternyata tidak membuat laju yield berubah menjadi negatif.
Sebelumnya, beredar kabar bahwa pemerintah pusat akan bertemu dengan Pemprov DKI Jakarta untuk membahas masalah terkait PSBB total yang hendak direvisi kembali. Menurut sejumlah sumber, Menteri Koordinator Bidang Investasi serta Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan bakal bertemu dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Selain itu, Wali Praja Bogor Bima Arya yang menimbrung membahas pelaksanaan dan penerapan PSBB di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), juga membenarkan kondisi Jakarta memang darurat. Untuk itu, perlu diselaraskan dengan daerah-daerah di sekitar Ibu Kota.
“Pemprov DKI Jakarta masih merasa perlu untuk memantapkan lagi rencana tersebut selain itu diperlukan juga koordinasi lebih lanjut dengan pemerintah pusat, ” kata Bima dalam keterangan formal yang diterima CNBC Indonesia , Jumat (11/9/2020).
Kabar terakhir dari berbagai sumber menyebutkan, penerapan PSBB tetap diterapkan di DKI Jakarta dengan sebesar pelonggaran. Tidak seperti pelaksanaan PSBB tahap pertama. Namun bagi investor obligasi, kabar itu belum lulus meyakinkan mereka untuk kembali mencari aset pendapatan tetap tersebut.
AWAK RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(ags/ags)